Rabu, 16 Juni 2010

Origami, Folding, Topologi

Dyah Esti Sihanani
Origami, berasal dari bahasa Jepang, oru -to fold, melipat; dan kami -paper, kertas; merupakan sebuah seni melipat kertas yang pertama kali dipopulerkan oleh orang Jepang. Walaupun asli Jepang, tapi sebagian besar anak di luar Jepang pasti sudah pernah mencobanya, bahkan anak SD di Indonesia seringkali mendapatkan bab ‘melipat kertas’ dalam pelajaran seni rupa. Pelajaran ‘melipat kertas’ itu biasanya dimulai dengan kertas berbentuk persegi dan salah satu sisinya berwarna, lalu kertas itu dilipat. Kegiatan menyobek atau menggunting tetap diperbolehkan walaupun jarang dilakukan.
Folding, dalam arsitektur memiliki makna yang lebih mendalam dan rumit daripada hanya sekedar mengucapkan istilah ‘folding’ ataupun mencoba membuat lipatan dari kertas. Folding dapat berupa sebuah atau serangkaian perlakuan pada sebuah benda [biasanya kertas] yang mengakibatkan perubahan [bentuk, permukaan, makna] pada benda tersebut. Biasanya perlakuan yang diberikan pada sebuah kertas dalam rangka mem-folding kertas tersebut adalah fold, pleat, crease, press, score, cut, pull up, pull down, rotate, twist, turn, wrap, enfold, pierce, hing, knot, weave, compress, balance, unfold. Beberapa dari kata tersebut sama-sama memiliki arti ‘lipat’ dalam kamus Inggris-Indonesia [namun sebenarnya ‘lipat’ yang dimaksud adalah cara ‘lipat’ yang berbeda], beberapa kata lain sulit diterjemahkan dan kita hanya tahu saja perlakuan yang diberikan tanpa tahu istilah Indonesianya.
Sedangkan topologi, memiliki definisi yang berbeda-beda, dan sifatnya lebih ke arah matematika. Topologi berasal dari bahasa Yunani, topos, place; dan logos, study. Tidak salah juga jika diterjemahkan secara langsung sebagai the study of place. Akan tetapi, para ahli matematika lebih suka mengartikan topologi sebagai kajian matematis sebuah benda, seperti tentang ‘properti’ apa yang tetap ada pada sebuah benda sebelum dan sesudah dideformasi. Deformasi yang diizinkan oleh topologi adalah memuntir [twisting] dan ‘ditarik’ [stretching], sedangkan menyobek atau memotong tidak diperbolehkan dalam deformasi.
Baik origami, folding ataupun topologi sama-sama memberi perlakuan tertentu pada sebuah benda yang menyebabkan berubahnya benda itu. Deformasi; istilah yang seringkali hanya digunakan oleh topologi, ternyata berlaku juga dalam origami dan foldingwalaupun apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan berbeda-beda.
Ketiganya berawal dari hal-hal sederhana: selembar kertas yang hanya memiliki dua sisi, ataupun [dalam topologi] benda paling sederhana dari sebuah genus tertentu, misalnya torus biasa atau bola biasa. Semua benda sederhana itu lalu bertemu dengan proses-proses yang ditawarkan oleh origami, folding atau topologi, menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda dari wujud awalnya. Origami membuat selembar kertas menjadi benda lain yang sudah ada di dunia nyata; mengorigamikan kertas sama dengan membuat miniatur atau model dari sebuah benda. Folding membuat selembar kertas menjadi benda yang belum ada sebelumnya, terkadang sulit didefinisikan dan sifatnya sangat spasial. Sedangkan topologi sepertinya membuat benda lain dari sebuah benda yang sudah ada, tapi benda baru yang dihasilkan memiliki properti yang sama dengan benda lamanya.

Proses yang dilakukan ketika berorigami
Sumber: Alam (1991)
Dalam origami dikenal istilah diagram, yang ternyata adalah urutan cara melipat sehingga didapatkan hasil tertentu. Misalnya, untuk membuat sebuah kodok, langkah pertama adalah melipat sebuah kertas menjadi segitiga, dan seterusnya. Jika origami menjeaskan proses melipat kertas dengan diagram, folding menerangkan proses melipat dengan menyebutkan urutan perlakuan yang dikenakan pada si kertas. Misalnya fold – crease – fold – pleat, score – crease – fold – compress, dan sebagainya. Berbeda lagi dengan topologi yang menjelaskan proses deformasi melalui gambar visual dan prosesnya lebih abstrak; bisa dibayangkan tapi agak sulit dilakukan kecuali dengan benda-benda tertentu yang kelenturannya sangat tinggi. Walaupun berbeda, pada intinya origami, folding dan topologi sama-sama mengangkat tahapan sekuensial dalam rangka mendeformasi sebuah benda.
Ada hal yang menarik ketika membandingkan tahap-tahap tersebut. Langkah-langkah dalam origami adalah langkah-langkah yang pasti. Setiap diagram akan memiliki satu hasil yang berbeda dari hasil diagram lainnya, walaupun langkah awal hingga langkah ke sekian yang dilakukan sama dengan diagram lain. Ada sebuah langkah yang menentukan, akan menjadi apa kertas itu dan langkah ini yang membedakan sebuah diagram dengan diagram lainnya. Gambar contoh diagram origami:

Dalam origami, diagram seperti ini sangat mungkin terjadi. Sebuah proses yang telah menghasilkan bentuk tertentu bisa dilanjutkan untuk mendapatkan bentuk lain. Bentuk yang sama sekali berbeda bisa didapat dari proses melipat yang sama, hanya dibedakan perlakuannya pada langkah ke-sekian.
Berbeda dengan origami, dua buah proses folding bisa saja memiliki tahap yang sama, tetapi menghasilkan bentuk yang berbeda. Hal ini terjadi karena sebuah nama proses dalam folding tidak memiliki aturan tertentu dalam mengerjakannya. Misalnya, fold: bisa berarti melipat di tengah-tengah kertas, atau melipat di ujungnya saja, atau melipat di seperempat bagian kertas, dan sebagainya.
Kesimpulan sementara adalah origami bisa jadi termasuk bagian dari folding; bagian yang lebih terdefinisi. Tapi bisa juga tidak demikian jika folding dilihat sebagai sesuatu yang tidak sadar [unconscious] maksudnya, kita melakukan folding memang dengan sadar, tapi tanpa harapan bahwa kertas itu nantinya akan jadi roket, atau jadi kucing. Proses yang dijalankan dalam folding adalah proses yang mengalir, tidak dipaksa, dan bersifat eksploratif. Sedangkan origami merupakan sebuah proses sadar untuk mencapai sesuatu. Misalnya, seseorang ingin membuat pesawat mainan, lalu dengan sadar ia mulai melipat kertas dan mencari jalan agar kertas yang selembar itu bisa menjadi pesawat.

Dua nama proses yang sama menghasilkan benda yang berbeda
Sumber: Vyzoviti (2003)
Kesimpulan selanjutnya adalah origami mungkin saja tidak mementingkan proses melipatnya; yang lebih penting adalah hasil akhir lipatan tersebut. Dalam buku-buku origami ataupun website yang membahas origami, foto atau gambar yang lebih sering ditunjukkan adalah foto jadinya, bukan diagramnya. Proses melipat memang penting, tapi dengan tujuan mencapai bentuk tertentu. Setelah bentuk yang diinginkan didapat, jejak-jejak proses tidak pernah lagi diungkit-ungkit kecuali jika ada orang bertanya bagaimana cara membuatnya.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Origami
Folding, jelas sekali merekam proses yang dilakukan ketika melipat-lipat kertas, karena yang dilihat tidak semata-mata hasil akhirnya saja. Lipatan yang dibuka kembali lalu ilipat lagi dengan cara yang berbeda bisa jadi memiliki arti tersendiri. Garis bekas lipatan juga bisa berarti. Terlebih lagi, satu deretan proses folding dalam menghasilkan sebuah bentuk tidak dimaksudkan untuk diulang lagi, tidak seperti origami yang akan mengajarkan lagi cara membuat perahu secara turun-temurun. Namun karena tidak akan terulang lagi, maka detail proses dalam folding justru penting. Setiap langkah yang dikerjakan dalam folding pasti memiliki peran dalam menentukan kualitas spasial hasil akhirnya. Walaupun setiap detail proses dalam origami juga menentukan, tapi origami selalu melihat benda akhir dan tidak melihat sisi spasial hasil akhirnya. Maka detail cara melipat hanya dilihat sebagai proses kreatif. Semakin kreatif seseorang, ia akan mampu membuat lebih banyak model yang beragam, sedangkan detail pada proses hanya sebatas ekor burung bangau ini sebaiknya bengkok atau tidak.

Tahap-tahap sequence dalam folding adalah penting
Sumber: Vyzoviti (2003)
Telah disinggung sebelumnya bahwa tahap deformasi dalam topologi bersifat lebih abstrak. Proses berubahnya sebuah benda tidak nyata seperti dalam origami dan folding. Bisa dikatakan deformasi dalam topologi tidak reallistis, proses berubahnya sebuah benda hanya fiktif saja. Hal ini terjadi karena dalam topologi, perlakuan apapun yang diberikan pada sebuah benda tidak akan mempengaruhi benda itu, selama kita tidak menambah lubang baru pada benda itu. Bagi seorang topologis, donat sama saja dengan cangkir sama saja dengan huruf ‘a’ sama saja dengan huruf ‘Q’ dan seterusnya, maka semua benda-benda yang sama ini bisa saja berdeformasi dan ‘saling menjadi’, maksudnya huruf ‘Q’ bisa saja berubah menjadi sebuah donat, huruf ’a‘ bisa menjadi cangkir dan seterusnya, dan mereka tetap sama saja karena lubangnya hanya satu. Sangat berbeda dengan origami dan diagramnya yang bisa menghasilkan hal lain jika satu saja langkah pembuatannya diubah, apalagi dengan folding yang sebuah nama saja, misalnya crease, dilakukan pada dua kertas, bisa menghasilkan dua bentuk yang berbeda bahkan jika crease adalah langkah pertama sekalipun.
Topologi, yang pada dasarnya memperhatikan sifat dasar sebuah space, berada dalam lingkup matematika dan geometri. Dalam kajian lebih lanjutnya, topologi akhirnya membahas tentang kepadatan [compactness], keterhubungan [connectedness], dan keterhitungan [countability]. Pada akhirnya tiga hal inilah yang menjadi penghubung antara origami, folding dan topologi. Yang paling mungkin dilihat tanpa harus terlalu pusing adalah tentang keterhubungan [connectedness].
Diagram origami, langkah-langkah proses folding dan deformasi dalam topologi, ketiganya menampakkan keterhubungan antara sebuah benda dengan benda lain. Lebih tepatnya, bagaimana sebuah benda menjadi benda lain. Keterkaitan ini dapat dilihat sebagai sebuah jejaring, seperti pada jaringan telepon atau jaringan jalan di sebuah kota. Mungkin saja terjadi perpotongan atau penumpukan [overlap] pada dua atau lebih jaringan yang berbeda. Misalnya, pada sebuah kota terdapat jaringan jalan raya dan jalan-jalan kecil yang terhubung dengan jalan raya. Diantara jalan raya ataupun jalan-jalan kecil yang terhubung dengan jalan raya terdapatlah jalan-jalan searah. Yang terjadi adalah pada suatu ketika, kendaraan yang melewati sebuah jalan kecil searah dan kendaraan yang melewati jalan raya akan bertemu di sebuah potongan jalan, misalnya jalan kecil dua arah. Dari dua tempat yang berbeda, dua kendaraan berbeda yang hendak menuju dua tempat yang berbeda terkadang harus melewati sepotong jalan yang sama. Atau, misalnya sepotong jaringan kabel telepon di sebuah kota terkadang harus berada di dalam shaft yang sama dengan sepotong jaringan kabel listrik karena keadaan tertentu. Atau contoh lain yang lebih ‘maya’ adalah jaringan internet, ketika dua orang yang berbeda dengan internet ID yang berbeda juga menelusuri dua hal berbeda, namun ternyata terkoneksi karena harus memasuki situs yang sama.

Contoh jejaring yang tidak saling tumpuk pada sebuah kota
Sumber: Stevens & Stevens (2001)

Contoh jejaring yang saling overlap

Contoh jejaring yang saling berpotongan
Sumber: Stevens & Stevens (2001)
Jika melihat contoh jejaring di sebuah kota, timbul pertanyaan: apakah hal yang sama bisa dilakukan dalam mendeformasi sebuah benda? Bisakah jejaring sebuah proses origami, folding dan topologi ditumpuk [overlap] sehingga menghasilkan sebuah proses baru yang sama sekali berbeda dari ketiganya, namun sebenarnya adalah perpotongan dari ketiganya? Bisakah kita sedikit ‘mengabstrakkan’ proses origami dan folding, dan ‘menyatakan’ proses deformasi dalam topologi sehingga tidak terlalu mengawang-awang?

Daftar Pustaka

Alam, Miyoko (1991). CBSA Origami belajar aktif seni melipat kertas
Vyzoviti, Sophia. (2003). Folding architecture: Spatial, structural, and organizational diagrams
Stevens, Mary Anne & Stevens, Maryanne (2001). New Connections, New Architecture, New Urban Environments and the London Jubilee Line Extension.
http://en.wikipedia.org/wiki/Origami
http://www.paperfolding.com/math/
http://www.origami.as/Info/history.php
http://en.wikipedia.org/wiki/Topology
http://mathworld.wolfram.com/Topology.html http://www.chez.com/alcochet/toposi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar