[ Kamis, 21 Januari 2010 ]
Konflik ITATS Berdampak Sistemik
Mahasiswa Keluhkan Kuliah Jadi Terganggu
SUKOLILO - Perseteruan antara Yayasan Pendidikan Teknik Surabaya (YPTS) dan rektorat Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) dinilai amat mengganggu perkuliahan. Para mahasiswa mendesak dua pihak tersebut segera menyelesaikan konflik itu.
Harapan tersebut disampaikan oleh Fery Arizki, mahasiswa S-1 jurusan teknik komputer angkatan 2009 kemarin (20/1). ''Perkuliahan saya benar-benar terganggu. Saya juga bingung harus ikut siapa karena dua pihak sama-sama mengaku benar,'' ujar dia.
Konflik rebutan kewenangan antara senat dan yayasan itu juga mengorbankan kepentingan mahasiswa. Pasalnya, pasca penyegelan kantor YPTS, mahasiswa tidak bisa mengurus surat perpanjangan pembayaran dana pembangunan karena pengurus yayasan tidak berada di kantor. ''Terus, bagaimana nasib kami?'' tanya Fery.
Hal senada dikatakan Eko Ari, juga dari jurusan teknik komputer. Dia berharap agar konflik itu segera berakhir happy ending. ''Jangan sampai konflik ini mengorbankan mahasiswa yang benar-benar ke kampus untuk belajar,'' tegasnya. Harapan serupa diutarakan Wahyudi, salah seorang karyawan.
Dia mengatakan, konflik antara yayasan dan senat/rektorat ITATS pernah berakhir rusuh pada 2005. Kala itu, hampir seluruh elemen di ITATS ramai-ramai menggulingkan pengurus yayasan lama yang dinilai korupsi. Buntutnya, terjadi demo besar-besaran yang berakhir dengan aksi baku hantam antara pihak-pihak yang bertikai.
''Kejadian enam tahun lalu jangan terulang. Sebab, kalau terulang, yang rugi seluruh warga ITATS,'' ujarnya.
Seperti diberitakan, konflik di ITATS bermula dari pemecatan Ir Sentjaki Penangsang, dosen Kopertis wilayah VII yang diperbantukan (DPK) di ITATS pada 7 Januari lalu. Pemecatan itu ditolak oleh pihak rektorat dan senat institut. Konflik kemudian melebar ke mana-mana dan terus memanas. Mahasiswa melakukan demo dan menyegel kantor yayasan. Yayasan kemudian bereaksi dengan memindahkan uang SPP Rp 2 miliar di rekening ITATS di Bank Mandiri Syariah ke rekeningnya. Senat/rektorat ITATS kaget ketika mengetahui uang di rekeningnya ''raib''.
Hingga kemarin, Kopertis VII belum bergerak untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan itu. Padahal, bila dibiarkan terus berlanjut, konflik tersebut akan berdampak buruk pada keberlangsungan kampus di Jalan Arif Rahman Hakim itu. (alb/ari)
SUKOLILO - Perseteruan antara Yayasan Pendidikan Teknik Surabaya (YPTS) dan rektorat Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) dinilai amat mengganggu perkuliahan. Para mahasiswa mendesak dua pihak tersebut segera menyelesaikan konflik itu.
Harapan tersebut disampaikan oleh Fery Arizki, mahasiswa S-1 jurusan teknik komputer angkatan 2009 kemarin (20/1). ''Perkuliahan saya benar-benar terganggu. Saya juga bingung harus ikut siapa karena dua pihak sama-sama mengaku benar,'' ujar dia.
Konflik rebutan kewenangan antara senat dan yayasan itu juga mengorbankan kepentingan mahasiswa. Pasalnya, pasca penyegelan kantor YPTS, mahasiswa tidak bisa mengurus surat perpanjangan pembayaran dana pembangunan karena pengurus yayasan tidak berada di kantor. ''Terus, bagaimana nasib kami?'' tanya Fery.
Hal senada dikatakan Eko Ari, juga dari jurusan teknik komputer. Dia berharap agar konflik itu segera berakhir happy ending. ''Jangan sampai konflik ini mengorbankan mahasiswa yang benar-benar ke kampus untuk belajar,'' tegasnya. Harapan serupa diutarakan Wahyudi, salah seorang karyawan.
Dia mengatakan, konflik antara yayasan dan senat/rektorat ITATS pernah berakhir rusuh pada 2005. Kala itu, hampir seluruh elemen di ITATS ramai-ramai menggulingkan pengurus yayasan lama yang dinilai korupsi. Buntutnya, terjadi demo besar-besaran yang berakhir dengan aksi baku hantam antara pihak-pihak yang bertikai.
''Kejadian enam tahun lalu jangan terulang. Sebab, kalau terulang, yang rugi seluruh warga ITATS,'' ujarnya.
Seperti diberitakan, konflik di ITATS bermula dari pemecatan Ir Sentjaki Penangsang, dosen Kopertis wilayah VII yang diperbantukan (DPK) di ITATS pada 7 Januari lalu. Pemecatan itu ditolak oleh pihak rektorat dan senat institut. Konflik kemudian melebar ke mana-mana dan terus memanas. Mahasiswa melakukan demo dan menyegel kantor yayasan. Yayasan kemudian bereaksi dengan memindahkan uang SPP Rp 2 miliar di rekening ITATS di Bank Mandiri Syariah ke rekeningnya. Senat/rektorat ITATS kaget ketika mengetahui uang di rekeningnya ''raib''.
Hingga kemarin, Kopertis VII belum bergerak untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan itu. Padahal, bila dibiarkan terus berlanjut, konflik tersebut akan berdampak buruk pada keberlangsungan kampus di Jalan Arif Rahman Hakim itu. (alb/ari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar