MENGAPA PROFESI ARSITEK BELUM DIAKUI PENUH SEPERTI DOKTER
"Belum diakui penuh
Sebetulnya tidak sangat berbeda dari profesi-profesi lain yang semula belajar dari praktik kehidupan masyarakat, seperti ilmu ketabiban. Para sinsei di timur, timur tengah, dan barat belajar lewat proses magang dari para guru dan suhu ditengah masyarakat. Baru kemudian datanglah fakultas-fakultas kedokteran pada perguruan-perguruan tinggi formal. Ini sangat berhubungan dengan sifat dan proses birokratisasi juga yang tak terelakkan dalam masyarakat yang semakin canggih pengorganisasiannya. Tetapi, dokter sudah (terpaksa) dihargai masyarakat. Arsitek belum. Orang sakit berakal sehat atau terpelajar datang ke
dokter tidak dengan tuntutan minta pil kapsul ini, suntikan itu, mendikte si dokter obat apa yang harus diberikan agar dia sembuh.
Tetapi kepada arsitek orang datang dengan seperangkat permintaan dan pendiktean sesuka selera. Harus seperti gedung ini dari Amsterdam, minta jendela seperti di Hongkong, harus pakai tiang ini dari Yunani dan harus meniru bentuk-bentuk yang "tidak kalah dengan" Singapura dan seterusnya. Arsitek bahkan dianggap lebih rendah daripada dukun, karena kepada dukun sekalipun orang tidak mendiktekan resep..... "
(Arsitek _ oleh Y.B. Mangunwijaya
Kompas, 16 September 1993)